(sekali2 nyoba rada serius ahh :p *dilempar sandal*)
Yah.. kurasa2 rata2 sudah tau kalau nenekku tinggal di rumahku. Dulu waktu awal2 ke sini, nenek selalu bertindak dan berkata seperti orang sehat. Ingin melakukan ini, itu..makan ini itu dsb. Walau mungkin kadang ada beberapa hal yg membuat bingung karena maklum sudah pikun.. Sekarang usia juga sudah sekitar 85 tahun.
Tetapi akhir2 ini entah kenapa kepikunan nenek semakin parah. Sudah gak ngerti lagi sama anaknya, saudaranya, tempat kelahirannya, ibadah, dsb. Bahkan ibuku, yg adalah anaknya, malah dipanggil dgn sebutan "mbah" =.=a Yang lebih parah lagi, skarang nenek udah mulai ga ngerti sama nama benda2 dan gak suka makan. Padahal dulu kalo disuruh makan pasti lahap bgt. Bahkan logikanya pun nyaris gak jalan. Misalnya nyebut benda pasti bilang.. "Halah, apa itu namanya..??" Nuang air ke gelas sama ngatur komposisi makanan udah ga ngerti. Pernah juga minum pake mangkok, gayung dibuang ke tempat sampah, siang2 nyalain senter, naruh ceker ayam di balik bantal dsb.
Kalau orang2 bilang, biasanya tanda2 orang yg mau "pergi" itu adalah ingatan2nya tentang dunia semakin pudar (pikun). Biasanya orang yg sudah seperti itu tidak akan bertahan terlalu lama (misal 10 tahun). Sehingga sedikit demi sedikit mereka dijauhkan dengan keluarganya (karena ketidak ingatan tadi). Yang ada seolah2 hanyalah tubuh yg bernyawa tapi ingatan yg tersisa sudah tinggal sedikit. Seperti bayi yg hanya bertindak dgn nalurinya. Mungkin dengan cara ini, keluarga yg ditinggalkan tidak akan merasa terlalu sedih. Bahkan ibuku sendiri juga mulai berpikir begitu. Ya, mungkinkah tidak lama lagi sudah waktunya??
Karena aku berada satu rumah, tentu saja dalam hati aku ingin menjadi "perantara" agar kemungkinan terburuk tidak terjadi. Tentu saja aku sadar kalau aku hanyalah manusia biasa yg samasekali tidak punya otoritas menyangkut nyawa. Bahkan untuk mempertahankan nyawaku sndiri saja sudah setengah mati. Kematian itu tidak bisa diundur barang sedetik pun. Tetapi karena kita tidak tahu kapan itu akan datang, maka kita harus berusaha sebaik mungkin untuk mencegahnya, dengan kata lain tidak gegabah. Walau hasil akhirnya tetap ditentukan oleh yg di atas. Tapi rasanya aku tetep gak bisa kalau melihat orang atau makhluk apa pun yg sedang meregang nyawa. Rasanya aku ingin membantu dan berbuat sesuatu. Tetapi tetap saja gak bisa walaupun aku berada tepat di depannya. Kadang hal ini agak membuatku kesal, tapi apa boleh buat, itu adalah sesuatu yg berada di luar jangkauan manusia..
(note: semoga kalau beneran kejadian orang serumah ga ada yg jantungan aminn!!! Dan lebih bagus lagi kalau ga ada kejadian apa2 tentunya >_< )
Yah.. kurasa2 rata2 sudah tau kalau nenekku tinggal di rumahku. Dulu waktu awal2 ke sini, nenek selalu bertindak dan berkata seperti orang sehat. Ingin melakukan ini, itu..makan ini itu dsb. Walau mungkin kadang ada beberapa hal yg membuat bingung karena maklum sudah pikun.. Sekarang usia juga sudah sekitar 85 tahun.
Tetapi akhir2 ini entah kenapa kepikunan nenek semakin parah. Sudah gak ngerti lagi sama anaknya, saudaranya, tempat kelahirannya, ibadah, dsb. Bahkan ibuku, yg adalah anaknya, malah dipanggil dgn sebutan "mbah" =.=a Yang lebih parah lagi, skarang nenek udah mulai ga ngerti sama nama benda2 dan gak suka makan. Padahal dulu kalo disuruh makan pasti lahap bgt. Bahkan logikanya pun nyaris gak jalan. Misalnya nyebut benda pasti bilang.. "Halah, apa itu namanya..??" Nuang air ke gelas sama ngatur komposisi makanan udah ga ngerti. Pernah juga minum pake mangkok, gayung dibuang ke tempat sampah, siang2 nyalain senter, naruh ceker ayam di balik bantal dsb.
Kalau orang2 bilang, biasanya tanda2 orang yg mau "pergi" itu adalah ingatan2nya tentang dunia semakin pudar (pikun). Biasanya orang yg sudah seperti itu tidak akan bertahan terlalu lama (misal 10 tahun). Sehingga sedikit demi sedikit mereka dijauhkan dengan keluarganya (karena ketidak ingatan tadi). Yang ada seolah2 hanyalah tubuh yg bernyawa tapi ingatan yg tersisa sudah tinggal sedikit. Seperti bayi yg hanya bertindak dgn nalurinya. Mungkin dengan cara ini, keluarga yg ditinggalkan tidak akan merasa terlalu sedih. Bahkan ibuku sendiri juga mulai berpikir begitu. Ya, mungkinkah tidak lama lagi sudah waktunya??
Karena aku berada satu rumah, tentu saja dalam hati aku ingin menjadi "perantara" agar kemungkinan terburuk tidak terjadi. Tentu saja aku sadar kalau aku hanyalah manusia biasa yg samasekali tidak punya otoritas menyangkut nyawa. Bahkan untuk mempertahankan nyawaku sndiri saja sudah setengah mati. Kematian itu tidak bisa diundur barang sedetik pun. Tetapi karena kita tidak tahu kapan itu akan datang, maka kita harus berusaha sebaik mungkin untuk mencegahnya, dengan kata lain tidak gegabah. Walau hasil akhirnya tetap ditentukan oleh yg di atas. Tapi rasanya aku tetep gak bisa kalau melihat orang atau makhluk apa pun yg sedang meregang nyawa. Rasanya aku ingin membantu dan berbuat sesuatu. Tetapi tetap saja gak bisa walaupun aku berada tepat di depannya. Kadang hal ini agak membuatku kesal, tapi apa boleh buat, itu adalah sesuatu yg berada di luar jangkauan manusia..
(note: semoga kalau beneran kejadian orang serumah ga ada yg jantungan aminn!!! Dan lebih bagus lagi kalau ga ada kejadian apa2 tentunya >_< )
No comments:
Post a Comment